B-CORNERZ
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Search
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Miracle Multi Language
Latest topics
» Ketahui Cara Minum Kopi yang Benar
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyWed Sep 23, 2015 3:46 pm by miracle

» Rollaas Macadamian Nuts
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyTue Sep 15, 2015 4:09 pm by dstations

» Belanja di Mal Terbesar Manila
Don't Said It to Your Child's Friend EmptySat Aug 29, 2015 6:56 pm by vertical

» Metro Resort Pratunam - Bangkok, Thailand
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyMon Aug 17, 2015 10:10 pm by vertical

» 10 Wisata Gratis di Tokyo
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyFri Jul 24, 2015 10:00 pm by vertical

» SIM CARD di Thailand
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyFri Jul 17, 2015 9:38 pm by vertical

» Berkah Bilih Danau Singkarak
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyMon Jun 15, 2015 9:01 pm by hestijunianatha

» 12 Tempat Wisata di Sekitar Jakarta
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyMon Jun 15, 2015 8:56 pm by hestijunianatha

» Benteng Terluas di Dunia Ada di Buton
Don't Said It to Your Child's Friend EmptyMon Jun 15, 2015 8:52 pm by hestijunianatha

Miracle Mailing List

Enter your email address:

Toko Online
BEE LA VISTA TRAVEL

Don't Said It to Your Child's Friend

Go down

Don't Said It to Your Child's Friend Empty Don't Said It to Your Child's Friend

Post  marina Wed Mar 27, 2013 10:43 pm

Don't Said It to Your Child's Friend 1754002-ibu-dan-anak-bermain-p

Mungkin kita termasuk ibu yang sering menemani anak-anak saat sedang jalan atau bermain dengan teman-temannya. Sedekat apa pun hubungan kita dengan teman anak kita itu, bukan mustahil suatu ketika kita bisa mengatakan sesuatu yang menyakit hati teman anak tersebut.

"Hal ini bisa dikarenakan kita terbiasa mengatakan hal itu kepada anak sendiri, sehingga tidak sadar menyatakannya juga pada temannya. Atau, kebanyakan juga terjadi karena kita kurang mengenal baik orangtua dari teman anak kita," kata Michele Borba, EdD, penulis buku The Big Book of Parenting Solutions.

Sebelum ada teman anak kita datang bermain ke rumah, tidak ada salahnya jika kita sedikit melakukan "eksperimen" dengan mengamati pola asuh orangtua lain terhadap anaknya saat berada di tempat umum. Misalnya, apa yang biasanya dibicarakan saat makan bersama. Dengan begitu kita akan bisa memahami teman anak kita dengan lebih baik. Selain itu, sebaiknya hindari juga mengatakan hal-hal berikut ini pada teman-teman anak:

1. Membahas dan membandingkan perkembangan fisik anak dengan temannya
Ketika anak kita dan temannya sedang saling menjelek-jelekkan aspek fisik (yang sebenarnya dalam konteks bercanda), sebaiknya kita tidak lantas berkomentar seperti, "Tidak apa-apa pendek. Mungkin kamu perkembangannya terlambat. Nanti juga kamu akan tinggi, kok." Meski tujuan kita ini untuk menenangkan, teman anak lebih cenderung berfokus pada sisi negatifnya. Bahwa dia sekarang pendek dan ada yang tidak beres sehingga perkembangannya terlambat.

"Lebih baik Anda tidak ikut berkomentar seputar penampilan fisik anak-anak itu atau mengalihkan pembicaraan, misalnya dengan menawarkan makanan," kata Denene Millner, pendiri blog My Brown Baby.

2. Menghukum teman anak yang berbuat nakal di rumah kita
Beda keluarga, beda aturan. Saat teman anak sedang bermain di rumah kita dan melakukan sesuatu yang dianggap tidak sejalan dengan aturan di rumah, sebaiknya jangan lantas marah-marah. "Meski Anda marah sekali karena teman main anak berlaku tidak sopan atau mendorong anak Anda, jangan menghukum dia, berteriak, atau menunjukkan kemarahan," saran Borba.

Sebaliknya, jelaskan dengan tenang aturan yang berlaku di rumah kita (misalnya, "Kalau di sini tidak boleh main dorong-dorongan, lho. Soalnya berbahaya."). Kemudian ajak anak-anak untuk beristirahat sebentar dari aktivitas yang dilakukan. Atau, minta anak kita untuk menjelaskan apa aturan yang berlaku di rumah. Ini bisa membantu mengasah jiwa kepemimpinannya.

3. Bertanya apa orangtuanya tidak pernah mengajari tata krama
Melihat seorang anak berusia 8 tahun masih makan mi goreng menggunakan tangan (dan tanpa cuci tangan sebelumnya), mungkin membuat kita gatal ingin berkata, "Memangnya kalau di rumah mama-papamu tidak pernah mengajari makan dengan sendok-garpu, ya?". Menurut Linda Sonna, PhD, psikolog dan penulis buku The Everything Tween Book, lebih baik kita berkata, "Kalau di sini biasanya kita makan mie dengan garpu, lho.". Sementara jika berhadapan dengan teman anak yang ternyata pemilih soal makanan, lebih baik didiamkan saja.

4. Merusak impian anak kecil
Anak-anak tumbuh dengan cerita indah seperti peri gigi atau Sinterklas, bahkan hingga mereka cukup besar dan mulai mempertanyakannya. Ketika ternyata teman anak justru bertanya pada kita, sebaiknya tahan diri untuk membuka rahasia bahwa itu semua hanya khayalan. Memang, sebenarnya mereka perlu belajar kenyataannya, tapi sebaiknya itu datang dari orangtuanya sendiri, bukan kita. Borba menganjurkan kita untuk bertanya balik, "Menurut kamu bagaimana?" Jika kita kenal dengan orangtua teman anak kita ini, sebaiknya beritahukan kejadian ini agar orangtua itu bisa mulai mencari waktu untuk membicarakannya dengan anaknya.

5. Bertanya tentang teman lainnya
Begitu anak sudah mulai besar, mereka mulai punya rahasia. Tanpa sadar, kita sering mencoba menggali rahasia anak sendiri melalui temannya yang sedang datang ke rumah. Misalnya dengan bertanya, "Kamu kenal teman kamu yang namanya Fajar? Siapa, sih, dia? Anna (anak kita) sering cerita soal Fajar. Seperti apa, sih, dia?" pada teman anak kita. Sonna mengingatkan, apabila teman anak kita lalu berkata jujur, itu sama saja dia mengkhianati kepercayaan anak kita. Sementara jika dia tidak mau jujur, selanjutnya dia akan mulai menghindari kita.

senyum

Sumber: Womans Day
marina
marina

Jumlah posting : 224
Join date : 2010-03-31

Back to top Go down

Back to top


 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum