B-CORNERZ
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Search
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Miracle Multi Language
Latest topics
» Ketahui Cara Minum Kopi yang Benar
Masa depan kain Tenun EmptyWed Sep 23, 2015 3:46 pm by miracle

» Rollaas Macadamian Nuts
Masa depan kain Tenun EmptyTue Sep 15, 2015 4:09 pm by dstations

» Belanja di Mal Terbesar Manila
Masa depan kain Tenun EmptySat Aug 29, 2015 6:56 pm by vertical

» Metro Resort Pratunam - Bangkok, Thailand
Masa depan kain Tenun EmptyMon Aug 17, 2015 10:10 pm by vertical

» 10 Wisata Gratis di Tokyo
Masa depan kain Tenun EmptyFri Jul 24, 2015 10:00 pm by vertical

» SIM CARD di Thailand
Masa depan kain Tenun EmptyFri Jul 17, 2015 9:38 pm by vertical

» Berkah Bilih Danau Singkarak
Masa depan kain Tenun EmptyMon Jun 15, 2015 9:01 pm by hestijunianatha

» 12 Tempat Wisata di Sekitar Jakarta
Masa depan kain Tenun EmptyMon Jun 15, 2015 8:56 pm by hestijunianatha

» Benteng Terluas di Dunia Ada di Buton
Masa depan kain Tenun EmptyMon Jun 15, 2015 8:52 pm by hestijunianatha

Miracle Mailing List

Enter your email address:

Toko Online
BEE LA VISTA TRAVEL

Masa depan kain Tenun

Go down

Masa depan kain Tenun Empty Masa depan kain Tenun

Post  dstations Mon Apr 18, 2011 2:25 pm

Masa depan kain Tenun VNzUYFnRdj

GABUNGAN
tangan dingin dan inovasi teknik dari Oscar Lawalata dan Laura Miles menghadirkan kain tenun yang lebih ringan dengan tekstur yang lebih beragam, tanpa kehilangan cita rasa tradisional.

Tenun merupakan kain tradisional Indonesia yang kaya ragam hias juga warnanya. Sayangnya,kain tenun memiliki karakter kaku dan tebal sehingga sulit diolah dan dibentuk. Karenanya, di ranah mode, pamor tenun masih kalah dibandingkan dengan batik yang lebih luwes dieksplorasi.

Kendati lebih sulit diolah, bukan berarti tenun tidak memiliki kontribusi terhadap kekayaan khasanah mode Tanah Air. Malah, kompleksitas itu yang membuat banyak pelaku mode merasa tertantang untuk “menaklukkan” tenun dan menjadikannya sebagai bagian dari mode kontemporer, seperti halnya batik.

Salah seorang pelaku mode yang ingin menjadikan tenun lebih mudah diolah adalah Oscar Lawalata. Desainer yang sudah berkutat selama 12 tahun dengan kekayaan budaya Indonesia dan membentuknya menjadi desain busana nan modern dan inovatif itu bekerja sama dengan perancang tekstil asal Inggris, Laura Miles.

Bersama-sama, mereka berdua “menenun masa depan” dengan menciptakan koleksi khusus yang merupakan hasil kolaborasi keduanya dengan para penenun tradisional di berbagai penjuru Nusantara.

Oscar dan Laura mengeksplorasi tenunan sutra Indonesia menjadi produk baru yang sarat cita rasafashion modern, berdaya pakai dan bernilai jual tinggi, tanpa meninggalkan garis-garis tradisi.

Koleksi tenun bercita rasa global tersebut kemudian dipamerkan dalam sebuah pagelaran apik bertema “Weaving the Future The End to the Beginning: The Cocoon Chronicle” di hari kedua pergelaran Jakarta Fashion Week 2010/11.

Kain tenun inovatif yang disarikan dari tenun Garut dan Nusa Tenggara Timur tersebut dihadirkan Oscar dalam ciri khas rancangannya yang banyak bermain di siluet bervolume dan konstruksi lekuk etnik modern.

Desainer berusia 33 tahun itu juga menghadirkan modifikasi baju bodo menjadi blus yang tampak menarik saat dipadankan bersama rok tulip ataupun celana Hammer.

Busana dengan potongan longgar dieksplorasi dengan detail lipit, drapery, serta layering. Permainan volume yang ditekankan Oscar membuat kain tenun ikat yang dia tampilkan menjadi sangat modern.

Dalam 60 set busana yang ditampilkannya, terlihat Oscar ingin lebih menonjolkan motif dan tekstur kain tenun dengan tidak terlalu banyak bermain di detail.

Potongan loose dan bervolume, celana baggy, rok tulip, dan gaun yang menggelembung terlihat mendominasi koleksi. Hanya sedikit sentuhan detail drapery, lipit, dan smock yang memperkaya rancangan.Terkesan simpel, nyaman, modern, dan bernapas etnik yang kental.

Lalu bagaimana awal mula kolaborasi antara Oscar dan Laura? Keduanya pertama kali dipertemukan di ajang kompetisi International Young Creative Entrepreneur (IYCE) Fashion Award 2009. Di kompetisi tersebut Oscar mengetengahkan proyek Weaving The Future yang diharapkannya bisa membawa perajin tenun Tanah Air mencapai kesejahteraan hidup lebih baik.

Proyek tersebut membuat Oscar keluar sebagai pemenang pada ajang tersebut dan kemenangan Oscar menjadi jawaban sempurna bagi kecintaan Laura terhadap tekstil buatan tangan. Laura merupakan seorang perancang tekstil yang hasil kreasinya telah banyak digunakan desainer dan brand kenamaan, seperti Calvin Klein, Chanel, Carolina Herrera, Vera Wang, juga Donna Karan.

“Waktu ke London saya bertemu dengan Laura.Dia sangat tertarik dengan tenun tangan. Kita kemudian bertukar ilmu, dengan latar belakang desainer tekstil, ilmunya bisa diadaptasi oleh para penenun. Laura ikut ke Garut dan NTT. Dari situ kami kemudian berkolaborasi,” ungkap Oscar.

“Kami berdua coba berbicara dan tukar ide soal masa depan tenun Indonesia. Saya sendiri perlu juga sudut pandang dari orang luar Indonesia, termasuk kendalanya dan pendekatannya dengan kalangan industri,” tambahnya.

Kemudian, pada Juli lalu keduanya pun melakukan perjalanan selama 10 hari ke Garut, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Dari hasil pengamatan keduanya selama perjalanan, mereka menyadari bahwa para penenun cenderung menggandakan benang agar proses menenun lebih cepat, akibatnya, kain menjadi lebih berat.

“Kami tidak memaksakan perubahan teknik menenun karena pada dasarnya teknik mereka sudah bagus. Tapi yang kami lakukan, memperkenalkan rasa global, modern, dan inovasi dalam pembuatan, yaitu dengan tidak menggandakan benang. Memang prosesnya akan memakan waktu lebih lama, tapi kain yang dihasilkan lebih ringan dan tekstur juga lebih beragam,” ujar Laura.

Sementara Oscar menambahkan, “Penenun Indonesia punya skill, mereka juga sangat tekun. Mungkin belum ada negara lain yang punya penenun sepintar orang Indonesia. Tapi mereka terbiasa bekerja cepat, hanya berdasarkan order dan dengan konsumen serta tempo relatif sama sehingga kurang variatif."

Selain itu, Oscar juga mengatakan bahwa kebanyakan penenun tradisional belum menyadari bahwa hasil kerajinan mereka bisa dikembangkan menjadi industri yang lebih besar.
dstations
dstations

Jumlah posting : 188
Join date : 2010-10-18

http://d-stations.com

Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum