Search
Miracle Multi Language
Latest topics
Miracle Mailing List
Toko Online
BEE LA VISTA TRAVEL
Desain Berbeda di Tiap Negara
Page 1 of 1
Desain Berbeda di Tiap Negara
MENJAJAKI pasar mancanegara sejak 2008, Alleira menyimpan perbedaan karakter tiap negara di mana mereka berekspansi. Selera masyarakat Malaysia dan Singapura cenderung berbeda terhadap pilihan desain busana batik.
Usia 3 tahun sejak lahir pada 2005 tentu tergolong luar biasa bagi Alleira batik untuk memutuskan mengembangkan sayap bisnis fesyen internasional. Alleira memulai debut perdananya pada 2008 di 39 Stamford Road, Singapura.
“Karena Singapura pusat perdagangan Asia, buying power-nya luar biasa, gerbang perdagangan dan mode, meski Hong Kong juga bagus. Itu alasan kita buka pertama kali di sana,” jelas Zakaria Hamzah, Operational Director Alleira pada kesempatan wawancara eksklusif di butik Alleira Gandaria City, Jakarta, baru-baru ini.
Menyusul kemudian Kuala Lumpur, Malaysia, dan Melbourne, Australia.
“Secara keseluruhan, pasar Kuala Lumpur bagus, tapi tidak sebanyak di Singapura. Kita malah menemukan banyak orang Kuala Lumpur yang belanja ke Singapura. Bisa dibilang, budaya belanja orang Kuala Lumpur lebih suka ke luar negaranya, baik yang pribumi (Melayur-red) atau Chinese,” tambahnya.
Sepanjang perjalanan, Alleira belajar membaca karakter konsumen tiap negara terhadap batik hingga akhirnya mampu memahami perbedaan masing-masing.
“Orang Malaysia suka yang colorful, terus modelnya juga lebih moslem wear, tapi yang modern dengan bahan sifon, silk, dan untuk pria pakai sutra ATBM. Potongan juga lebih santun, dan mereka tidak biasa pakai manset seperti muslimah Indonesia,” katanya.
“Kalau di sana, masih polos. Model A, misalnya dimodifikasi sebatas A+, B, dan C. Kalau kita kan bisa A sampai Z,” tukasnya.
Sementara konsumen Singapura, seperti dituturkan Zaka, menyukai basic color, seperti hitam, putih, dan off white. Corak batik pun tak bisa mendominasi rancangan (full batik), tapi hanya sedikit saja (touch of batik). Alhasil, Alleira memasarkan batik sesuai tren fesyen hanya sekira 30 persen, lainnya di-mix dengan selera fesyen konsumen Singapura.
Namun secara umum, pasar mancanegara tidak akan mempermasalahkan motif busana yang ia sukai.
“Kita enggak usah mempermasalahkan perang dingin, karena masyarakat sana juga tidak mempermasalahkan. Yang bermasalah hanya di pemerintah, kita awam doesn’t care. Mereka suka, ya beli. Terserah mau motif dari Indonesia atau dari mana. Yang penting kita tahu market, kita sesuaikan,” tandasnya.
Usia 3 tahun sejak lahir pada 2005 tentu tergolong luar biasa bagi Alleira batik untuk memutuskan mengembangkan sayap bisnis fesyen internasional. Alleira memulai debut perdananya pada 2008 di 39 Stamford Road, Singapura.
“Karena Singapura pusat perdagangan Asia, buying power-nya luar biasa, gerbang perdagangan dan mode, meski Hong Kong juga bagus. Itu alasan kita buka pertama kali di sana,” jelas Zakaria Hamzah, Operational Director Alleira pada kesempatan wawancara eksklusif di butik Alleira Gandaria City, Jakarta, baru-baru ini.
Menyusul kemudian Kuala Lumpur, Malaysia, dan Melbourne, Australia.
“Secara keseluruhan, pasar Kuala Lumpur bagus, tapi tidak sebanyak di Singapura. Kita malah menemukan banyak orang Kuala Lumpur yang belanja ke Singapura. Bisa dibilang, budaya belanja orang Kuala Lumpur lebih suka ke luar negaranya, baik yang pribumi (Melayur-red) atau Chinese,” tambahnya.
Sepanjang perjalanan, Alleira belajar membaca karakter konsumen tiap negara terhadap batik hingga akhirnya mampu memahami perbedaan masing-masing.
“Orang Malaysia suka yang colorful, terus modelnya juga lebih moslem wear, tapi yang modern dengan bahan sifon, silk, dan untuk pria pakai sutra ATBM. Potongan juga lebih santun, dan mereka tidak biasa pakai manset seperti muslimah Indonesia,” katanya.
“Kalau di sana, masih polos. Model A, misalnya dimodifikasi sebatas A+, B, dan C. Kalau kita kan bisa A sampai Z,” tukasnya.
Sementara konsumen Singapura, seperti dituturkan Zaka, menyukai basic color, seperti hitam, putih, dan off white. Corak batik pun tak bisa mendominasi rancangan (full batik), tapi hanya sedikit saja (touch of batik). Alhasil, Alleira memasarkan batik sesuai tren fesyen hanya sekira 30 persen, lainnya di-mix dengan selera fesyen konsumen Singapura.
Namun secara umum, pasar mancanegara tidak akan mempermasalahkan motif busana yang ia sukai.
“Kita enggak usah mempermasalahkan perang dingin, karena masyarakat sana juga tidak mempermasalahkan. Yang bermasalah hanya di pemerintah, kita awam doesn’t care. Mereka suka, ya beli. Terserah mau motif dari Indonesia atau dari mana. Yang penting kita tahu market, kita sesuaikan,” tandasnya.
miracle- Jumlah posting : 367
Join date : 2010-03-30
Similar topics
» Racun Si Kaya dan Si Miskin Berbeda
» 10 Negara Wisata Termurah di Dunia
» Rambah manca negara, Sambel pecel jeruk purut unggulkan citarasa
» 10 Negara Wisata Termurah di Dunia
» Rambah manca negara, Sambel pecel jeruk purut unggulkan citarasa
Page 1 of 1
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum
|
|
Wed Sep 23, 2015 3:46 pm by miracle
» Rollaas Macadamian Nuts
Tue Sep 15, 2015 4:09 pm by dstations
» Belanja di Mal Terbesar Manila
Sat Aug 29, 2015 6:56 pm by vertical
» Metro Resort Pratunam - Bangkok, Thailand
Mon Aug 17, 2015 10:10 pm by vertical
» 10 Wisata Gratis di Tokyo
Fri Jul 24, 2015 10:00 pm by vertical
» SIM CARD di Thailand
Fri Jul 17, 2015 9:38 pm by vertical
» Berkah Bilih Danau Singkarak
Mon Jun 15, 2015 9:01 pm by hestijunianatha
» 12 Tempat Wisata di Sekitar Jakarta
Mon Jun 15, 2015 8:56 pm by hestijunianatha
» Benteng Terluas di Dunia Ada di Buton
Mon Jun 15, 2015 8:52 pm by hestijunianatha