B-CORNERZ
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Search
 
 

Display results as :
 


Rechercher Advanced Search

Miracle Multi Language
Latest topics
» Ketahui Cara Minum Kopi yang Benar
EKSOTISME INDONESIA EmptyWed Sep 23, 2015 3:46 pm by miracle

» Rollaas Macadamian Nuts
EKSOTISME INDONESIA EmptyTue Sep 15, 2015 4:09 pm by dstations

» Belanja di Mal Terbesar Manila
EKSOTISME INDONESIA EmptySat Aug 29, 2015 6:56 pm by vertical

» Metro Resort Pratunam - Bangkok, Thailand
EKSOTISME INDONESIA EmptyMon Aug 17, 2015 10:10 pm by vertical

» 10 Wisata Gratis di Tokyo
EKSOTISME INDONESIA EmptyFri Jul 24, 2015 10:00 pm by vertical

» SIM CARD di Thailand
EKSOTISME INDONESIA EmptyFri Jul 17, 2015 9:38 pm by vertical

» Berkah Bilih Danau Singkarak
EKSOTISME INDONESIA EmptyMon Jun 15, 2015 9:01 pm by hestijunianatha

» 12 Tempat Wisata di Sekitar Jakarta
EKSOTISME INDONESIA EmptyMon Jun 15, 2015 8:56 pm by hestijunianatha

» Benteng Terluas di Dunia Ada di Buton
EKSOTISME INDONESIA EmptyMon Jun 15, 2015 8:52 pm by hestijunianatha

Miracle Mailing List

Enter your email address:

Toko Online
BEE LA VISTA TRAVEL

EKSOTISME INDONESIA

2 posters

Go down

EKSOTISME INDONESIA Empty EKSOTISME INDONESIA

Post  dstations Mon Dec 13, 2010 12:30 pm

Pulau Komodo
EKSOTISME INDONESIA Komodo1
Matahari masih belum menunjukkan sinarnya. Rombongan wartawan yang diundang Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, siap menuju Pulau Komodo. Untuk menuju ke sana, harus melewati perairan Flores dengan menggunakan kapal.
Di pelabuhan Labuan Bajo, cukup banyak kapal untuk mengantarkan para turis menuju kawasan Taman Nasional (TN) Komodo. Tarifnya tergantung dari jenis kapal yang digunakan, dari ratusan ribu sampai jutaan. Kami menggunakan kapal cruise Merry Makin yang bertarif 6.000 dolar per hari.
Kapal meluncur melewati air laut yang begitu jernih. Sempat terlihat lumba-lumba berenang memperlihatkan kelincahannya. Dari tengah laut ini, rombongan sempat menyaksikan matahari terbit dari ufuk timur. Setelah menempuh perjalanan selama 90 menit, sampailah di Pulau Komodo. Kami ditemani Andi Kefi dan rangers lainnya.
Andi mengatakan, TN Komodo terdiri dari beberapa pulau. Empat di antaranya didiami komodo. Yang terbesar yaitu Pulau Komodo, Pulau Rinca, dan dua pulau kecil yaitu Pulau Gilimotang, dan Nusa Kode. “Data yang kami dapat, di empat pulau ini terdapat 2.500 komodo. Paling banyak di Pulau Komodo yaitu 1.300 ekor, Pulau Rinca sebanyak 1.100 ekor, dan yang lain diam di dua pulau kecil,” jelas Andi.
Selanjutnya, Andi mengajak kami menyusuri kawasan Pulau Komodo dengan melewati track pendek sepanjang 3,5 km. Hutan di kawasan ini masih cukup lebat. Banyak terdapat pohon gebang, sejenis lontar. Pohon gebang yang sudah mati, merupakan tempat tinggal komodo kecil. “Musim kawin komodo biasanya pada bulan Juli-Agustus. Sebelumnya komodo jantan saling berkelahi memperebutkan komodo betina.”
Berikutnya, komodo bertelur. Ia sanggup bertelur 15-30 butir. Telur ini disembunyikan di dalam tanah, kira-kira sedalam 2 meter. Delapan bulan kemudian, komodo ini menetas. “Komodo tidak mengerami telurnya. Ia meninggalkannya di dalam tanah, tapi terus berjaga dari gangguan komodo lain,” tutur Andi. “Nah, bisanya 8-9 bulan kemudian, telur ini menetes. Biasanya 80 persen dari telur yang ada. Anak-anak komodo ini keluar dari dalam tanah dan berusaha sendiri mempertahankan hidupnya.”
Sebagian komodo kecil ini, berlindung di pohon gebang. Di lobang pohon, banyak ulat yang menjadi makanannya. Selain ulat, komodo kecil yang panjangnya 30 cm-35 cm ini juga makan binatang kecil lain seperti burung dan cecak. “Ia berpindah-pindah tergantung faktor makanan,” kata Andi seraya menunjukkan pohon gebang yang banyak tumbuh di hutan.
Sepanjang perjalanan menyusuri hutan, sering terlihat beragam burung melintas. Sesaat kemudian, terlihat komodo jantan yang panjangnya sekitar 3 meter di dekat kubangan air. Ia berdiam menunggu mangsa. Rasanya menakjubkan melihat komodo di habitat aslinya. Andi berpesan pada rombongan untuk berhati-hati dan jangan memisahkan diri. “Ia tengah berkamuflase untuk menangkap binatang. Ia membunuh hewan seperti kerbau atau kuda dengan gigitan yang mengandung air liur yang mematikan. Butuh waktu lama, bisa sampai sebulan, mangsanya ini baru ambruk.”
Setelah puas mengabadikan komodo jantan itu, rombongan melanjutkan perjalanan dengan mendaki bukit kecil. Tapi, cukup membuat ngos-ngosan sebagian peserta. Sesampai di bukit Sulphurea, tampak panorama yang sungguh menakjubkan. Laut Flores yang jernih terlihat jelas dengan bukit dan pepohonan di sekitarnya.
Tiba di bagian akhir perjalanan, rombongan menyaksikan beberapa komodo lagi. Dengan umpan ikan, komodo ini dipancing menuju pantai. Komodo dengan latar laut lepas merupakan pemandangan yang begitu indah.\
Dari Pulau Komodo, kapal cruise membawa rombongan menuju sebuah pantai berpasir merah. Kapal tidak bisa merapat sampai pantai. Rombongan secara bergantian dijemput dengan perahu kecil. Pantai ini masih begitu bersih. Lautnya pun jernih. Di sinilah sorga para wisatawan yang suka diving dan snorkeling. Pemandangan bawah laut begitu indah. “Laut di kawasan di Taman Nasional Komodo, banyak menarik minat wisatawan asing. Puluhan tempat menyelam, menjadi favorit mereka,” kata Andi.
Keesokan harinya, kapal cruise membawa rombongan menuju Pulau Rinca yang juga banyak didiami komodo. Di Loh Buaya yang merupakan gerbang utama Pulau Rinca, rombongan disambut puluhan kera yang mendiami hutan bakau. Jackson, ranger yang kali ini menemani mengisahkan, kera ini berasal dari Pulau Flores. “Selain kera, di Pulau Rinca juga banyak terdapat kerbau dan kuda liar,” katanya.
Belum lama melangkah, terlihat beberapa komodo berdiam di kolong sebuah dapur. “Daya penciuman komodo tajam, bisa sekitar 2 km tapi tergantung arah angin. Nah, mereka ke dapur karena mencium bau masakan,” kata Jackson.
Selanjutnya, Jackson memandu menuju jalan mendaki. Dari ketinggian, kembali terlihat panorama yang begitu indah. Bentangan laut biru seolah menyatu dengan langit. Dari sana, rombongan melintasi hutan asam yang teduh. Di sini dijumpai lobang tempat komodo menetaskan telurnya. Terlihat pula beberapa komodo kecil, bersembunyi di balih pepohonan.
Jadi, TN Komodo menyimpan banyak keindahan. Selain eksotisme komodo di habitat aslinya juga wilayah laut yang merupakan sorga para penyelam.
Seandainya Anda ingin wilayah Taman Nasional Komodo nan indah ini menjadi 7 keajaiban dunia baru, silakan pilih komodo di www.new7wonders.com. “Kami akan terus melakukan kampanye agar masyarakat memilih komodo. Selain itu, tentu saja kami kampanye di dunia internasional,” kata Esthy Reko Astuty, direktur promosi dan publikasi Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
dstations
dstations

Jumlah posting : 188
Join date : 2010-10-18

http://d-stations.com

Back to top Go down

EKSOTISME INDONESIA Empty Re: EKSOTISME INDONESIA

Post  dstations Mon Dec 13, 2010 12:47 pm

Pulau Kalong
EKSOTISME INDONESIA Images3yr
Di kawasan Taman Nasional (TN) Komodo, masih ada panorama yang sayang untuk dilewatkan. Di kawasan laut dengan pulau-pulau kecil ini, ada salah satu pulau, namanya Kalong yang menjanjikan pemandangan eksotik.
Disebut Pulau Kalong karena pulau kecil ini dihuni ribuan kalong. Pulau yang tidak begitu luas ini, tidak ada penghuninya. Pulau Kalong merupakan kawasan hutan bakau yang dikelilingi laut lepas.
Untuk menuju ke Pulau Kalong, tentu saja harus menggunakan kapal. Idealnya, sampai di sana senja hari, menjelang malam tiba. Saat itulah, terlihat pemandangan menakjubkan dari dalam kapal. Dari pulau penuh bakau itu, ribuan kalong keluar dari sarangnya. Mereka terbang ke arah Pulau Flores dan sekitarnya untuk mencari mangsa. Panorama lebih indah ketika kalong-kalong terbang berlatar matahari yang tenggelam di langit barat. Kalong-kalong ini kembali ke sarangnya pada pagi hari.
“Pulang Kalong sudah menjadi paket bagi para wisatawan yang berkunjung ke kawasan TN Komodo. Banyak turis asing mengagumi keindahannya. Pemandangan memang lebih bagus saat kalong-kalong ini keluar dari sarangnya,” tutur Jackson, petugas TN Komodo yang menyertai rombongan.
Sayangnya, keindahan TN Komodo, sampai saat ini masih lebih banyak dinikmati turis asing. Dari sekitar 36 ribu wisatawan yang tahun ini berkunjung ke TN Komodo, “85 persen merupakan wisatawan mancanegara,” tutur Maxi Gaza, wakil bupati Manggarai Barat. Dengan masuknya TN Komodo dalam nominasi 7 Keajaiban Dunia, “Dibandingkan tahun lalu, jumlah wisatawan yang datang makin meningkat. Kami menargetkan tahun-tahun depan akan makin banyak lagi.”
Maxi mengungkapkan, sudah banyak hotel mulai kelas berbintang sampai melati yang ada di Labuan Bajo. “Tapi, kami akan terus berusaha meningkatkan berbagai fasilitas untuk kenyamanan para wisatawan. Mulai dari pembuatan jalan, sampai menyiapkan warga untuk menjaga kebersihan kota. Masih banyak yang mesti kami siapkan, mulai dari menyiapkan suvenir sampai listrik.”
Maxi yakin, seandainya nanti TN Komodo benar-benar terpilih menjadi 7 Keajaiban Dunia, wisatawan asing yang datang akan makin banyak lagi. Tentu ia juga berharap, warga lokal juga berdatangan untuk menikmati keindahan TN Komodo.
dstations
dstations

Jumlah posting : 188
Join date : 2010-10-18

http://d-stations.com

Back to top Go down

EKSOTISME INDONESIA Empty Re: EKSOTISME INDONESIA

Post  shema Sat Jan 01, 2011 1:33 pm

DILI
EKSOTISME INDONESIA Dilictt
Dili -
Ibu kota Republik Demokratik Timor Leste atau Timor Lorosae ini adalah sebuah kota tua kecil yang indah. Lorosae berarti matahari terbit. Uniknya, bendera kebangsaannya malah bergambar bintang yang baru terlihat setelah loromulu (matahari terbenam).

Penduduk Dili hanya sekitar satu juta orang. Kotanya mungkin hanya sebesar Cianjur. Di negara yang baru merdeka sejak tahun 2002 ini, kemewahan belum lagi tampak nyata. Sekalipun sesekali tampak mobil mewah - seperti BMW Z3, Mercedes Benz SLK350, dan lain-lain - serta beberapa rumah yang tampak megah dan mewah, secara umum rakyatnya masih miskin. Rumah-rumah rakyat berdinding pelepah lontar masih didapati di kawasan kota.

Kota Dili secara tegas menerapkan batas kecepatan 40 kilometer per jam. Naik taksi di Dili rasanya seperti naik mobil tua yang tidak mampu berjalan cepat. Orang Jakarta pasti akan merasa aneh berada di tengah lalu lintas Dili yang mengalir lamban.

Timor Leste mengakui dua bahasa resmi, yaitu Tetum dan Portugis. Semua kantor, bangunan, dan nama jalan ditulis dalam bahasa Portugis. Tetapi, kalaupun kita hanya bisa mengucapkan obrigado (terima kasih) dan nada (terima kasih kembali), kita dapat berkomunikasi dengan cukup lancar di Dili, karena sebagian besar mereka dapat berbahasa Indonesia. Sebagian kecil yang terdidik juga dapat berbahasa Inggris.

Akses

Dili dapat dicapai dengan pesawat terbang dari Denpasar, Bali. Rute ini dilayani setiap hari oleh Merpati. Maskapai penerbangan lain Air Timor (dulu: Austasia Airlines), melayani rute Singapura-Dili, seminggu dua kali. Rute ini dikerjasamakan dengan SilkAir. Rute udara lainnya adalah Dili-Darwin, 6 penerbangan seminggu, dilayani dengan pesawat Embraer 170 Jet (kapasitas 76 penumpang), dioperasikan oleh Airnorth (akan segera berubah nama menjadi Timor Air). Jarak Dili-Darwin ditempuh dalam waktu kurang dari 1 jam.

Pesawat mendarat di Presidente Nicolau Lobatu International Airport, yang masih tetap lebih populer dengan nama lamanya: Comoro Airport. Taksi dari bandara ke Dili sekitar USD 3.

Dari Kupang ada dua perusahaan - Timor Travel dan Leste Oeste Paradise Travel - yang melayani jalur Kupang-Dili-Kupang. Perjalanan darat memerlukan waktu 10-11 jam, bergantung pada lamanya proses imigrasi di tapal batas. Tiket satu kali jalan Rp 170.000 dan Rp 200.000 (eksekutif, AC).

Karena kapasitas kedua perusahaan jasa angkutan itu terbatas, cara lain adalah dengan menggunakan bus umum dari Kupang ke Atambua (6-7 jam perjalanan). Dari Atambua juga ada ojek maupun angkot ke Mota Ain (sekitar 30 menit). Cara ini sangat merepotkan karena jarak antara kantor imigrasi kedua negara jaraknya cukup jauh untuk ditempuh dengan berjalan kaki. Dari Imigrasi Timor Leste ada ojek ke Batugade, kota kecil terdekat di Timor Leste, sekitar 3 km dari perbatasan.

Dari Batugade, perjalanan disambung dengan bus umum ke Tasi Tolu (USD 3), di pinggiran kota Dili. Untuk masuk ke tengah kota Dili masih diperlukan perjalanan dengan taksi (sekitar USD 3).

Visa

Tersedia VoA (Visa on Arrival) di bandar udara maupun pelabuhan laut Dili dengan biaya US$30. Bagi mereka yang masuk Timor Leste dengan jalan darat (border crossing), terdapat fasilitas imigrasi di Mota Ain (dekat Atambua), dan Salele (dekat Suai). Hanya warga negara Indonesia dan Timor Leste yang dapat memperoleh VoA di kedua tapal batas ini. Warga negara lain harus memperoleh visa sebelum melakukan border crossing jalan darat.

Kantor Imigrasi - baik Indonesia maupun Timor Leste - di tapal batas hanya buka pukul 8.00-17.00. Karena itu perjalanan lintas batas darat tidak dapat dilakukan di malam hari.

Mata Uang, Kartu Kredit, dan Fasilitas Perbankan

Hingga kini Timor Leste masih menggunakan mata uang US Dollar. Semua transaksi dilakukan dalam US Dollar. Pecahan paling kecil adalah US$1. Untuk mata uang logam, sejak tahun 2006 sudah ada uang logam 10 centavos, 25 centavos, dan 50 centavos yang dicetak oleh Bank Sentral Timor Leste. Uang logam US Dolar juga berlaku di sini.

Bank Mandiri mempunyai cabang di Dili, tetapi ATM-nya hanya berlaku untuk kartu ATM nasabah Bank Mandiri Dili saja. Hanya ANZ saja yang dapat menerima transaksi uang tunai dengan kartu ATM atau kartu kredit internasional.

Kartu kredit hanya diterima di hotel-hotel yang agak besar - itupun dikenai biaya sebesar 5,25%. Hampir semua restoran dan bar tidak menerima kartu kredit. Dengan kata lain, bawalah uang tunai USD dalam jumlah yang cukup. Jangan heran bila nanti Anda keluar dari Dili dengan membawa uang pecahan USD1 lusuh terlalu banyak.

Hotel

Hotel Turismo yang populer di masa RI sekarang sudah diruntuhkan. Satu-satunya hotel besar adalah Hotel Timor (Rua dos Martires de Patria, +670 324502), dekat Porto do Dili (pelabuhan). Tarifnya USD135-250, padahal hanya setaraf hotel bintang dua di Indonesia.

Saya suka Hotel Dili (Rua dos Direitos Humanos Lecidere, +670 3313958). Hotelnya kecil (setara dengan hotel bintang 1 di Indonesia), tetapi bersih, nyaman, dan menjadi tempat tinggal long-staying guests dari berbagai organisasi internasional yang masih bertugas di Timor Leste. Maklum, hotel ini hampir bersebelahan dengan kantor World Bank dan lembaga dunia lainnya. Tarif paling murah USD48 (tanpa kamar mandi), dan USD65-100 untuk kamar-kamar yang dilengkapi kamar mandi.

Beberapa hotel baik lainnya adalah: Novo Horizonte, Plaza, Central, Ocean View, Dili Beach, dan lain-lain. Juga ada penginapan murah untuk backpackers, The Smokehouse, di kawasan Mandarin.

Jalan-jalan

Salah satu favorit saya di setiap kota yang disinggahi adalah berkunjung ke pasar tradisional. Dili mempunyai Mercado Hali Laran (buka mulai pukul 3 dinihari), sekitar dua kilometer dari pusat kota. Pasar ini menggantikan Mercado Lama yang letaknya terlalu dekat dengan Palacio do Governo.

Bila berjalan-jalan di pasar, hati-hati mengambil foto. Rata-rata orang Timor Leste tidak suka dipotret. Juga ada semacam perasaan bahwa mereka kurang menyukai wisatawan dari Indonesia.

Angkutan umum di Dili adalah taksi. Tanpa argo! Tarif harus dinegosiasikan berdasar jarak. Kebanyakan tujuan di dalam kota dapat dicapai dengan tarif antara USD1-2. Bila perlu, dapat juga menyewa sepeda motor dengan tarif USD15-20 sehari.

Kota Dili yang tidak terlalu besar cukup enak untuk berjalan kaki - khususnya di sore hari, ketika matahari tidak lagi terlalu menyengat. Salah satu rute jalan kaki yang menyenangkan adalah sepanjang Avenida Governador Alves Aleida yang berada di bibir pantai. Di sisi jalan, masih banyak bangunan-bangunan tua yang terawat baik, dan dimanfaatkan untuk berbagai kantor. European Union, misalnya, menggunakan salah satu bangunan tua dengan pohon-pohon besar di depannya.

Landmark utama Dili juga berada di lintasan ini, yaitu Palacio do Governo, yang sekarang menjadi kantor Presiden, Perdana Menteri, dan Parlemen. Pantai di depan Palacio juga merupakan tempat berkumpul orang-orang untuk makan angin. Dari garis pantai ini, Dili tampak seperti kota-kota kecil di Laut Tengah.

Di sebelah Timur juga ada pantai yang pada sore hari berubah menjadi pasar ikan. Di dekatnya ada sebuah taman kecil dengan Patung Fatima. Banyak penjual minuman, buah, dan jagung bakar, di sepanjang pantai. Bila terus ke Timur, ada sebuah lokasi penyelaman yang cukup populer.

Ke sebelah Barat, melewati kawasan pelabuhan, kita akan melewati kawasan kedutaan besar dari berbagai negara. Di Motael, ada sebuah gereja Katolik tua dengan pasturan yang berarsitektur khas gaya Portugis. Katedral juga terletak tidak jauh dari Motael.

Belum ada mal bagus di Dili. Sebuah proyek mal Timor Plaza memasang papan nama yang menjanjikan: Changing the Face of Timor Leste. Padahal, skalanya tidak lebih besar daripada mal kecil sederhana di pinggiran Bekasi.

Setelah matahari terbenam, Dili berubah menjadi kota mati. Sepi! Tidak banyak lagi orang berkeliaran di malam hari, kecuali di beberapa titik keramaian, seperti di sepanjang Pantai Kelapa. Tempat-tempat minum buka hingga tengah malam. Saya bahkan terkejut ketika kembali ke hotel pukul 22.00 dan menemukan pintu pagar depan sudah digembok.

Kuliner

Di pagi hari, banyak penjaja roti pa'un berkeliling kota. Ada yang pakai sepeda, ada pula yang berjalan kaki. Banyak pula yang mangkal di beberapa titik kota. Ada dua bentuk roti pa’un. Yang umum berbentuk bun, tidak rata, permukaannya keras (crusty), dan dalamnya agak keras juga. Bentuk lainnya adalah mirip roti bantal di masa lalu, teksturnya lebih lembut. Keduanya tawar, dengan sedikit tone asin.

Roti pa'un dimakan begitu saja - tanpa mentega, tanpa selai - untuk menemani minum kopi. Di pasar, harganya 25 centavos (sekitar Rp 2500) untuk tiga roti. Di warung kopi, harganya sedikit lebih mahal. Sayangnya, tidak banyak tampak warung kopi pinggir jalan di Dili. Padahal, kopi Timor (dari daerah Same dan Ermera) sangat terkenal mutunya. Banyak orang membawa kopi Timor sebagai oleh-oleh. Caffeine level-nya tinggi, acidity (rasa kecut)-nya rendah, dan aromanya istimewa.

Sulit menemukan makanan tradisional Timor Leste di Dili, karena memang sangat sedikit restoran yang menyajikannya. Salah satunya adalah Restorante Mulatta (Rua Nularan, +670 7270780), dekat Campo Democracia (di masa RI disebut Lapangan Pramuka). Tetapi, ketika saya berkunjung ke sana, ternyata makanan-makanan itu tidak tersedia. Padahal, saya sangat ingin mencicipi batar daan - semacam bubur jagung dengan campuran daging sapi, kacang tanah, sayur-mayur, belimbing.

Salah satu masakan khas Timor Leste lainnya yang populer adalah midar sin, semacam babi kecap. Batar daan kadang-kadang juga bisa dijumpai di warung-warung di Kampung Alor. Kampung Alor, tempat bermukim kaum Muslim yang minoritas di Timor Leste, mungkin merupakan tempat yang aman untuk mencari makanan halal. Di dekat sini juga ada Masjid An Nur.

Makanan pinggir jalan kebanyakan hanya jenis bakar-bakaran (grill). Di sepanjang Pantai Kelapa, di sisi Avenida de Portugal (dekat Pertamina Wharf), pada malam hari sangat banyak pedagang ikan bakar. Satu tusuk ikan bakar (udang, cumi, ikan terbang) atau ayam harganya rata-rata 25-50 centavos (sekitar Rp 2500-5000). Ikan atau ayam bakar ini dimakan dengan ketupat (25 centavos). Orang Timor Leste ternyata suka sekali makan ketupat dengan sambal ABC. Ketupatnya sendiri sudah dibumbui, a.l. dengan sedikit kunyit, sehingga sudah bercitarasa gurih. Jenis makanan yang sama dapat dijumpai di banyak tempat. Banyak juga penjual jagung bakar (bataar tunu) dan jagung rebus di pinggir jalan.

Padahal, sebenarnya Timor Leste memiliki kekayaan kuliner yang cukup beragam, khususnya hasil persilangan dengan budaya kuliner Portugis. Salah satu yang populer adalah berbagai masakan calderada (dari kata la caldera = cauldron = belanga). Calderada de peixe (fish stew), misalnya, sangat mirip dengan bouillabaisse yang terkenal di Prancis, atau chioppino di Italia. Versi lainnya adalah bacalhoada, bila ikan yang dipakai adalah bacalhau atau ikan kod kering. Makanan sehari-hari adalah calderada de galinha alias kari ayam. Kuliner lokal lainnya adalah cusido (dari daging sapi), dan asado (dari daging babi).

Berbagai warung makan "peninggalan" masa RI masih banyak tampak di Dili, seperti Bakso Kota Cak Man dari Malang, dan beberapa warung yang dikelola oleh orang Jawa dan orang Makassar.

Masakan Portugis masih kuat bertahan di Dili. Salah satu flag carrier-nya adalah Restaurante Vasco da Gama – yang terbesar di Dili (Rua Governador Cesar Maria Serpa 29, Motael, +670 7231803). Sajiannya autentik Portugis, seperti: gazpacho andaluz (sop dingin dari sayur di-blender), bacalhau a carmelita (ikan kod dimasak casserole dengan tomat, bawang bombay, dan gandum), atau lulas recheadas (cumi diisi bubur ubi jalar), dan lain-lain.

Harga di Vasco da Gama cukup mahal. Tanpa minuman beralkohol, satu orang dapat menghabiskan antara US$20-30 sekali makan. Restoran lain, seperti Villa Verde, juga berharga sama.

Makanan internasional di Dili diwakili oleh India (a.l. Trivandrum), Thai (Sawasdee), Jepang (Gion, Wasabi), internasional (Keci Keca, Cafe Brasil), dan lain-lain. Tidak ada KFC, McDonald’s, maupun Pizza Hut, tetapi ada Eastern Burger dan Chae’s Pizza yang lumayan. Ada juga beberapa restoran yang menyajikan masakan Tionghoa.

Salah satu restoran ikan bakar yang terkenal adalah Restaurante Vitoria di daerah Meti Aut, di sebelah Timur kota. Di kawasan ini juga ada restoran baru yang kian populer, Atlantic Bar and Grill.

Telekomunikasi dan Internet

Timor Telecom memegang monopoli telekomunikasi di Timor Leste. Kartu SIM Timor Telecom banyak dijual. Sejak lepas dari perbatasan RI-TL, sinyal Telkomsel langsung hilang. Sambungan Internet - termasuk WiFi - tersedia di banyak fasilitas, tetapi sangat lamban.



shema

Jumlah posting : 118
Join date : 2010-05-25

Back to top Go down

EKSOTISME INDONESIA Empty Re: EKSOTISME INDONESIA

Post  Sponsored content


Sponsored content


Back to top Go down

Back to top

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
You cannot reply to topics in this forum